Jumat, 27 Desember 2019

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH


PENDAHULUAN
Kerangka dasar ini mempunyai tujuan yang digunakan sebagai acuan bagi:
a)    Penyusun standar akuntansi keuangan syariah
b)   Penyusun laporan keuangan
c)    Auditor
d)   Para pemakai laporan keuangan: investor sekarang dan investor potensial, pemilik dana qardh, pemilik dana investasi syirkah temporer, pemilik dana titipan, pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, pengawas syariah, karyawan, pemasok dan mitra usaha lainnya. Pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.

Kerangka dasar membahas tentang:
a)    Tujuan laporan keuangan;
b)   Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan; dan
c)    Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.

Paradigma Transaksi Syariah
a) Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta oleh Tuhan sebagai amanah serta sarana kebahagiaan hidup umat untuk mencapai kesejahteraan secara material maupunspiritual.
b) Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk aktivitas usaha.
c)    Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia, berisi perintah dan larangan.

Transaksi Syariah berasaskan pada prinsip:
a)    Persaudaraan (ukhuwah);
b)   Keadilan (‘adalah);
c)    Kemaslahatan (maslahah);
d)   Keseimbangan (tawazun); dan
e)    Universalisme (syumuliyah)

Karakteristik transaksi syariah:
a)    Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan ridha;
b)   Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib)
c)    Uang hanya sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas;
d)   Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar dan haram.

       Tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi emnyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui saat kejadian (bukan pada saat kas/setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi.
       Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
  1. Dapat Dipahami : Laporan keuangan harus mempunyai kualitas informasi dalam kemudahannya segera dipahami oleh pemakai.
  2. Relevan : Informasi harus relevan agar dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai.
  3. Keandalan : Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya.
  4. Dapat Dibandingkan : Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan, untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah :
a)    Aset : sumber daya yang dikuasai entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
b)   Kewajiban : hutang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu.
c)  Dana syirkah temporer : dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
d)   Ekuitas : hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan dana syirkah temporer.

PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau:
a)  Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah; dan
b)   Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengukuran merupakan proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laba rugi. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a) Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
b)   Biaya kini. Aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya  dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
c) Nilai realisasi/penyelesaian. Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal.
       Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain.




Referensi:
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian 
          Laporan Keuangan Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.





Sabtu, 21 Desember 2019

PSAK 72 PENDAPATAN DARI KONTRAK DENGAN PELANGGAN



PSAK 72 merupakan adopsi IFRS 15 Revenue from contracts with customers effective 2018.
Entitas menerapkan pernyataan ini untuk seluruh kontrak dengan pelanggan, kecuali:
  1. kontrak sewa = PSAK 73 sewa.
  2. kontrak asuransi = PSAK 62 Kontrak Asuransi.
  3. Instrumen keuangan dan hak atau kewajiban kontraktual lain dalam lingkup PSAK 71; PSAK 65, PSAK 66; PSAK 4; dan PSAK 15.
  4. Pertukaran nonmoneter antara entitas dalam lini bisnis yang sama untuk memfasilitasi penjualan kepada pelanggan atau pelanggan potensial.


Tujuan
PSAK 72 mempunyai tujuan dalam menetapkan prinsip untuk melaporkan informasi tentang sifat, jumlah, waktu dan ketidakpastian pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan.

Prinsip
Entitas mengakui pendapatan untuk menggambarkan pengalihan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan dalam jumlah yang mencerminkan imbalan yang diperkirakan menjadi hak entitas dalam pertukaran dengan barang atau jasa tersebut.

Lima Tahap dalam Pengakuan Pendapatan
Tahap 1           : Identifikasi Kontrak Pelanggan
Tahap 2           : Mengidentifikasikan Kewajiban Pelaksanaan
Tahap 3           : Menentukan harga transaksi
Tahap 4           : Mengalokasikan harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan
Tahap 5           : Mengakui pendapatan ketika entitas telah menyelesaikan kewajiban
  pelaksanaan.

Biaya Kontrak
Entitas mengakui biaya inkremental atas perolehan kontrak (contohnya komisi penjualan) dengan pelanggan sebagai aset jika entitas memperkirakan untuk memulihkan biaya tersebut.

Penyajian
Ketika salah satu pihak dalam kontrak telah melaksanakan, entitas menyajikan kontrak dalam laporan posisi keuangan sebagai aset kontrak atau liabilitas kontrak, bergantung pada hubungan antara kinerja entitas dan pembayaran pelanggan.
Entitas menyajikan hak tanpa syarat terhadap imbalan secara terpisah sebagai piutang.
Entitas menyajikan kontrak sebagai liabilitas kontrak ketika pembayaran dilakukan atau pembayaran telah jatuh tempo (mana yang lebih awal).

Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang seluruh hal berikut:
  1. Kontrak dengan pelanggan meliputi: pemisahan pendapatan, saldo kontrak, kewajiban pelaksanaan dan harga transaksi yang dialokasikan.
  2. Pertimbangan signifikan dan perubahan dalam pertimbangan, yang dibuat terhadap kontrak tersebut meliputi: penentuan waktu penyelesaian kewajiban pelaksanaan, penentuan harga transaksi dan alokasi atas kewajiban pelaksanaan.
  3. Aset yang diakui dari biaya untuk memperoleh atau memenuhi kontrak dengan pelanggan meliputi: pertimbangan menentukan jumlah biaya beserta saldonya, dan metode amortisasi yang digunakan beserta jumlahnya.


Kamis, 28 November 2019

HIERARKI NILAI WAJAR (PSAK 68)

Hierarki Nilai Wajar


Nilai wajar merupakan harga yang akan diterima untuk penjualan aset atau harga yang akan dibayarkan untuk pengalihan liabilitas dalam transaksi teratur antara para pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

PSAK 68 ini berusaha untuk meningkatkan konsistensi dan daya banding dalam pengukuran nilai wajar serta pengungkapan terkait melalui hierarki nilai wajar. Pada hierarki nilai wajar ini telah mengkategorikan input yang digunakan dalam teknik penilaian menjadi tiga level. input merupakan asumsi yang digunakan para pelaku pasar dalam penentuan harga aset atau liabilitas. input ini dapat diobservasi atau tidak dapat diobservasi. 

Input yang dapat diobservasi adalah input yang dikembangkan dengan menggunakan data pasar, seperti informasi-informasi yang tersedia untuk publik mengenai transaksi aktual, dicontohkan pada harga di bursa saham yang dapat diamati kapan pun oleh pelaku pasar. 
Sedangkan Input yang tidak dapat diobservasi adalah input yang tidak tersedia data pasar dan yang dikembangkan menggunakan informasi terbaik yang tersedia mengenai asumsi pelaku pasar dalam menentukan harga aset dan liabilitas.

Prioritas tertinggi dari hierarki pengukuran nilai wajar adalah kuotasi dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas dan prioritas terendahnya adalah input yang tidak dapat diobservasi. berikut ini tingkatan dari hierarki nilai wajar yang terdiri dari 3 level diantaranya:
  • Input Level 1
Input ini diambil dari harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang dapat diakses entitas saat tanggal pengukuran, karena harga kuotasian memberikan bukti yang paling andal. sedangkan pasar aktif adalah pasar di mana transaksi aset atau liabilitas terjadi dengan frekuensi yang memadai dalam menyediakan informasi penentuan harga secara berkelanjutan. contohnya harga saham perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia
  • Input Level 2
Input ini diambil dari input selain dari harga kuotasian dalam level 1, yang termasuk dalam input level 2 yaitu, harga kuotasian yang serupa di pasar aktif dan pasar tidak aktif, dan input selain harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas. misal suku bunga dan kurva imbal hasil yang dapat diobservasi atau credit spread. 
  • Input Level 3

Input level 3 merupakan input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas dan digunakan untuk mengukur nilai wajar, sejauh input yang dapat diobservasi yang relevan tidak tersedia. dalam menentukan input yang tidak dapat diobservasi entitas menggunakan informasi terbaik yang tersedia dalam suatu kondisi. misalnya data yang dihasilkan perusahaan itu sendiri.



Referensi:


Martani, Dwi, dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba

Empat.

Jumat, 01 November 2019

SOAL PSAK 10 DAN PSAK 25

SOAL PSAK 10 (PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING)


K11-4 Akuntansi untuk Utang Usaha yang Didenominasi dalam Mata Uang Asing

PT Medan Jaya mengoperasikan kelompok toko khusus di seluruh Indonesia. toko-toko tersebut dari dulu menyimpan persediaan dan menjual produk perlengkapan dapur dan kamar mandi yang diproduksi di Indonesia. Tahun ini, PT Medan Jaya mengadakan hubungan bisnis dengan perusahaan manufaktur di Lucerne, Swiss untuk membeli satu lini produk perlengkapan kamar mandi untuk dijual di tokonya. Sebagai bagian dari perjanjian bisnis, pembayaran oleh PT Medan Jaya akan jatuh tempo dalam 30 hari setelah barang diterima, di mana harga dinyatakan dan terutang dalam franc Swiss.
PT Medan Jaya mencatat pembelian tersebut sebagai persediaan dan mencatat sebagai liabilitas pada saat barang diterima dari perusahaan Swiss, menggunakan kurs untuk franc Swiss pada tanggal pembelian persediaan dicatat. Pada saat dilakukan pembayaran, PT Medan Jaya mendebit dan mengkredit persediaan setiap perbedaan antara liabilitas yang semula dicatat dan jumlah rupiah yang digunakan untuk melunasi liabilitas dalam franc Swiss. PT medan Jaya menggunakan sistem persediaan perpetual dan metode penghitungan persediaan FIFO dan dengan mudah dapat menelusuri penyesuaian tersebut ke persediaan spesifik yang dibeli.

Diminta:
Cari standar akuntansi terbaru untuk akuntansi transaksi mata uang asing! Anda dapat memperoleh akses ke standar akuntansi melalui perpustakaan atau dari beberapa sumber lain, sebagai staf akuntan dari kantor akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tahunan PT. Medan Jaya, tulislah memo ke Mariam, manajer yang bertanggung jawab untuk audit, membahas akuntansi transaksi kliennya dengan perusahaan Swiss! Dukung setiap rekomendasi Anda dengan kutipan dari standar pelaporan keuangan yang berlaku.

Penyelesaian
Diketahui bahwa PT Medan Jaya mencatat pembelian sebagai persediaan dan mencatat sebagai liabilitas pada saat barang diterima dari perusahaan Swiss, menggunakan kurs untuk franc Swiss pada tanggal pembelian persediaan dicatat. dalam 

PSAK 10 paragraf 09 dijelaskan bahwa persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto. 

Sedangkan dalam paragraf 21 dijelaskan untuk teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja dan utilisasi kapasitas. biaya standar ditelaah secara reguler dan jika diperlukan revisi sesuai dengan kondisi terakhir.

Paragraf 23 menjelaskan bahwa biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain, dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing, tetapi jika bisa diidentifikasi langsung tidak usah menggunakan metode FIFO/Rata-Rata Tertimbang.

L11-7 Transaksi Pembelian dari Perusahaan Asing

Pada tanggal 1 Desember 20X1, PT RonImportir perusahaan Indonesia, membeli jam dari Selandia Baru seharga 15.000 dolar New Zealand (NZS) yang akan dibayar pada tanggal 15 Januari 20X2. Akhir tahun fiskal PT RonImportir adalah 31 Desember dan mata uang pelaporannya adalah rupiah. Kurs adalah sebagai berikut.

1   Desember 20X1   1 dolar NZ = Rp7.000
31 Desember 20X1   1 dolar NZ = Rp6.600
15 Januari 20X2        1 dolar NZ = Rp6.800
Diminta:

a.      Dalam mata uang apa transaksi tersebut didenominasi?

b.  Buatlah ayat jurnal yang digunakan PT RonImportir untuk mencatat pembelian,  penyesuaian pada tanggal 31 Desember, dan penyelesaian.


Penyelesaian
a.       Dalam mata uang dolar New Zealand (NZS) mata uang tersebut didenominasi.

b.  Ayat jurnal yang digunakan PT RonImportir untuk mencatat pembelian, penyesuaian pada tanggal 31 Desember.

Utang Usaha

2015                                                                                       2014 
                                                                                                1   Des 105.000.000  ($7.000 x Rp15.000)
                                                                                                31 Des (   6.000.000) ($7.000 - $6.600)
                                                                                                31 Des    99.000.000 saldo ($7000xRp6.600)
               

1 Jan
[Rp15.000 x ($6.800-$6.600)]  = Rp   3.000.000
1 Jan penyelesaian
[Rp15.000 x $6.800]                = Rp102.000.000
                                                                         2 Jan           saldo


1. Unit mata uang asing                                  Rp102.000.000
            Kas                                                                  Rp102.000.000
Memperoleh mata uang asing       

2. Utang usaha                                                 Rp99.000.000
Kerugian transaksi mata uang asing           Rp  3.000.000
Unit mata uang asing                                    Rp102.000.000

Menyelesaikan utang dalam mata uang asing dan mengakui keuntungan dari perubahan kurs sejak tanggal 31 Desember 2014.




SOAL PSAK 25 (KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN KESALAHAN)


Soal 21.1

Bapak Davi adalah staf bagian akuntansi baru di PT Nuri. Perusahaan melakukan perencanaan pajak sehingga pajak yang dibayarkan minimal. Berikut adalah beberapa informasi terkait PT Nuri:
Selama ini, perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan dengan metode avarage cost method. Bapak Davi kemudian melakukan simulasi dengan menghitung persediaan menggunakan metode FIFO Data yang dihasilkan adalah sebagai berikut.


2014
2015
Persediaan akhir FIFO
365.000.000
375.000.000
Persediaan akhir Avarage Cost
226.000.000
240.000.000
Laba sebelum pajak (dihitung menggunakan metode avarage cost)
700.000.000
850.000.000

Diminta:
  1. Hitunglah perubahan pada laba bersih apabila PT Nuri menggunakan pencatatan persediaan menggunakan FIFO!
  2. Perhitungkan dampak pajak dari perubahan metode tersebut, dengan asumsi pajak yang berlaku 25%!
  3. Hitunglah metode yang mana yang dapat memenuhi tujuan PT Nuri untuk melakukan penghematan pajak!


Penyelesaian

 1. Perubahan pada laba bersih apabila PT Nuri menggunakan pencatatan persediaan 
    menggunakan FIFO.

Tahun
Persediaan
Perbedaan
Avarage
FIFO
2014
226.000.000
365.000.000
139.000.000
2015
240.000.000
375.000.000
135.000.000


Tahun
Laba Kotor Avarage
Laba bersih 25%
2014
700.000.000
525.000.000
2015
850.000.000
637.500.000

Laba bersih FIFO 2014
2014  : Perbedaan     x 25%
139.000.000  x 25%  = 34.750.000

Kenaikan Laba FIFO = 139.000.000 – 34.750.000
= 104.250.000


2015  : Perbedaan     x 25%
135.000.000  x 25%  = 33.750.000

Kenaikan Laba FIFO = 135.000.000 – 33.750.000
= 101.250.000

Tahun
Laba bersih FIFO
2014
525.000.000 + 104.250.000 = 626.250.000
2015
637.500.000 + 101.250.000 = 738.750.000
  
2. Perhitungan dampak pajak dari perubahan metode tersebut.


Tahun
Pajak 25% (Avarage)
2014
700.000.000 x 25% = 175.000.000
2015
850.000.000 x 25% = 212.500.000
Total
                                    387.500.000

Tahun
Pajak 25% (FIFO)
2014
139.000.000 x 25% = 34.750.000 + 175.000.000 = 209.750.000
2015
135.000.000 x 25% = 33.750.000 + 212.500.000 = 246.250.000
Total
       456.000.000

3. Metode yang dapat memenuhi tujuan PT Nuri melakukan penghematan pajak!

Jadi, sesuai dengan tujuan PT Nuri untuk melakukan penghematan pajak. Maka PT Nuri harus menggunakan metode Avarage. Pajak yang dihasilkan dengan metode Avarage lebih kecil yaitu Rp387.500.000, sedangkan pajak yang dihasilkan metode FIFO yaitu Rp456.000.000 


Soal 21.3

Pada saat pemeriksaan laporan keuangan PT Rumah Kita tahun 2015, ditemukan beberapa kesalahan sebagai berikut:
  1. Utang kepada toko peralatan kantor sebesar Rp50.000.000 yang berasal dari transaksi pembelian tanggal 30 Desember 2014, baru dicatat pada saat barang diterima yaitu 4 Januari 2015, karena menggunakan FOB Destination Point. Namun, akun perlengkapan per tanggal 31 Desember 2014 sudah memasukkan transaksi tersebut.
  2. PT Rumah Kita belum mencatat beban komisi penjualan kepada staf yang berhasil melakukan penjualan unit rumah kluster Rumah Kita di luar target sebesar Rp20.000.000 terutang pada 31 Desember 2015.
  3. Nilai persediaan akhir atas unit rumah PT Rumah Kita overstated sebesar Rp500.000.000 pada tahun 2015.
  4. Pada pertengahan tahun 2015, PT Rumah Kita membeli bangunan sebagai kantor pemasaran baru senilai Rp420.000.000 yang memiliki masa manfaat 6 tahun dengan nilai sisa Rp60.000.000. Bangunan tersebut didepresiasikan dengan metode garis lurus. Pada saat pencatatan, nilai sisa belum dikurangkan saat penghitungan beban depresiasi.


Diminta:
Buatlah jurnal penyesuaian yang dibutuhkan oleh PT Rumah Kita pada tahun 2015 terkait kesalahan di atas, dengan asumsi laporan keuangan PT Rumah Kita belum ditutup buku!

Penyelesaian

Jurnal Koreksi
1.  Hutang                                                  Rp50.000.000
Perlengkapan                                                   Rp50.000.000

2.  Beban Komisi                                       Rp20.000.000
Hutang Biaya                                                  Rp20.000.000

3.  Harga Pokok Penjualan                        Rp500.000.000
Persediaan                                                       Rp500.000.000

4.  Beban Depresiasi                                  Rp30.000.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan                  Rp30.000.000


Soal 21.4

Pada 1 Januari 2013, PT Teguh membeli mesin seharga Rp200.000.000 dan didepresiasikan selama 4 tahun menggunakan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Pada 1 Januari 2015, PT Teguh mengubah estimasi masa manfaat mesin menjadi 5 tahun dari tanggal pembelian dan memiliki nilai sisa Rp10.000.000

Diminta:
  1. Hitunglah saldo akumulasi depresiasi pada akhir tahun 2015!
  2. Hitunglah depresiasi mesin pada tahun 2015!
  3. Buatlah jurnal untuk mencatat hal-hal terkait mesin pada tahun 2015!
  4. Terkait perubahan tersebut, bagaimana standar akuntansi mengharuskan cara pelaporan yang benar!

          
Penyelesaian

1. Perhitungan saldo akumulasi sampai akhir tahun 2015

Penyusutan                                     = 200.000.000 = 50.000.000
                                                                    4

Perubahan estimasi penyusutan = 200.000.000 – 10.000.000 = 38.000.000
5
Saldo Akumulasi Akhir Tahun 2015
2013            Rp50.000.000
2014            Rp50.000.000
2015            Rp38.000.000
                    Rp138.000.000

2. Depresiasi mesin pada tahun 2015
2015            = Rp38.000.000

3. Jurnal untuk mencatat hal-hal terkait 2015
Beban Depresiasi                         Rp38.000.000
     Akumulasi Depresiasi                                    Rp38.000.000

4. Standar pelaporan yang benar

Penyajian Laporan Keuangan


2015
2014
2015
Estimasi Baru
Estimasi Lama
Peralatan
200.000.000
200.000.000
200.000.000
Akumulasi Depresiasi
138.000.000
100.000.000
150.000.000
Peralatan-net
62.000.000
100.000.000
50.000.000




Beban Depresiasi
38.000.000
50.000.000
50.000.000